Penurunan Laba Pasar Saham UNVR di Pasar Saham – Penurunan harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berlanjut, bahkan penurunannya telah mencapai 11,7% dalam tiga hari terakhir. Penurunan harga saham Unilever dipicu oleh pelemahan kinerja keuangan perseroan sepanjang semester I. Berdasarkan data BEI, harga saham Unilever Indonesia telah anjlok dari level penutupan akhir pekan lalu Rp 4.290 menjadi Rp 3.840 hingga penutupan Kamis atau anjlok 11,7%. Penurunan tersebut juga memicu penurunan kapitalisasi pasar (market cap) saham berkode UNVR tersebut menjadi Rp 146,96 triliun.
Bahana Sekuritas dalam riset terbaru menyebutkan bahwa realisasi penurunan laba bersih UNVR pada semester I sudah sesuai estimasi, meski labanya turun 19,6% menjadi Rp 2,8 triliun. Namun, perolehan tersebut di bawah konsensus analis.
“Realisasi kinerja perseroan pada kuartal II mengecewakan dengan pencapaian di bawah target pendapatan. Penurunan dipengaruhi oleh peningkatan persaingan dengan brand lokal dan penurunan daya beli konsumen,” tulis Bahana Sekuritas dalam riset tersebut. Sebelumnya, RHB Sekuritas Indonesia memilih untuk memangkas turun target kinerja keuangan UNVR. Pemangkasan tersebut berimbas terhadap revisi turun target harga saham UNVR.
Target Laba Bersih UNVR di Prediksi Turun
RHB Sekuritas juga merevisi turun target laba bersih UNVR tahun ini dari Rp 5,75 triliun menjadi Rp 5,29 triliun. Begitu juga dengan proyeksi pendapatan direvisi turun dari Rp 42,32 triliun menjadi Rp 39,36 triliun. Penjualan kepada pihak terafiliasi terbesar yakni ke Unilever Asia Private Limited, Unilever (Malaysia) Holdings Sdn Bhd, Unilever Philippines, Inc., Unilever EAC Myanmar Company Limited, Unilever Australia Ltd, dan Unilever Thai Trading Limited.
Perseroan mencatatkan laba bruto Rp 10,25 triliun, juga turun dari sebelumnya Rp 11,18 triliun, sementara harga pokok penjualan turun menjadi Rp 9,93 triliun dari Rp 10,59 triliun. Adapun beban pemasaran dan penjualan berhasil diturunkan menjadi Rp 4,22 triliun dari sebelumnya Rp 4,29 triliun.
Per Juni, jumlah aset tercatat Rp 20,27 triliun, dari Desember Rp 20,53 triliun di mana kas dan setara kas berkurang drastis menjadi Rp 526,36 miliar dari Desember 2020 sebesar Rp 844,08 miliar. Total kewajiban mencapai Rp 16,26 triliun dari Desember Rp 15,59 triliun, dengan ekuitas Rp 4,01 triliun dari Desember Rp 4,94 triliun. Ira Noviarti, Presiden Direktur Unilever Indonesia, menyampaikan bahwa pertumbuhan pasar FMCG (Fast Moving Consumer Goods) belum sepenuhnya pulih karena pandemi Covid-19. Ini yang menyebabkan konsumen masih berhati-hati dalam memilih pola konsumsi di beberapa kategori basic.
Harga Wajar UNVR
Analisis Bareksa mencoba untuk menghitung harga wajar UNVR dengan sebuah metode sederhana yakni relative valuation berbasis price to earning ratio (PER) yakni perbandingan harga saham (price) terhadap laba per lembar saham (earning per share / EPS). Langkah pertama adalah menentukan EPS, di mana EPS yang digunakan haruslah EPS tahunan. EPS tahunan berbeda definisinya dengan EPS kuartalan.
Misalkan EPS tahun adalah keuntungan per lembar saham selama periode 1 Januari – 31 Desember 2017, sementara EPS kuartal I tahun hanya menunjukkan keuntungan selama 1 Januari – 31 Maret . EPS Kuartal I adalah untuk periode laporan keuangan 1 Januari – 31 Maret. Untuk mendapatkan data EPS Tahunan berarti harus menambahkan EPS Kuartal 1 2018 dengan EPS Tahunan 2017. Namun penambahan ini akan menyebabkan periode EPS menjadi lebih dari 1 tahun, yaitu dari 1 Januari – 31 Maret . Untuk itu perlu dikurangi lagi dengan EPS Kuartal 1 . Adapun secara matematika, bisa digambarkan sebagai berikut.
EPS Annualized Kuartal 1 Tahun
= EPS Q1 + EPS Tahunan 2017 – EPS Q1
= (1 Jan – 31 Maret ) + (1 Jan – 31 Des ) – (1 Jan – 31 Maret )
= Rp 241 + Rp 918 – Rp 257
=Rp 902
Setelah mendapatkan angka EPS yang disetahunkan tersebut, langkah berikutnya adalah menentukan angka PER untuk mendapatkan harga wajar UNVR.
Harga Saham Anjlok
Sementara itu, merespons kinerja yang kurang memuaskan tersebut harga saham UNVR pada perdagangan kemarin ditutup anjlok 5,51 persen di level RP 48.000 per saham. Terlihat adanya aksi tekanan jual yang cukup tinggi pada saham ini yang ditandai dengan volume besar serta outflow asing yang besar senilai Rp 156,27 miliar.