5 Fakta Mall Praktik Bocah Mati Batang Otak di RS Kartika Husada – Pihak keluarga bocah berinisial A atau BA yang mati batang otak melaporkan dugaan malpraktik yang dilakukan RS Kartika Husada Bekasi. Dugaan malpraktik ini setelah bocah berusia 7 tahun itu didiagnosis mati batang otak setelah operasi amandel. Adanya dugaan malpraktik terhadap bocah mati batang otak, akankah pelayanan di RS Kartika Husada Jatiasih ini dihentikan? Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Mohammad Syahril menjelaskan, semua proses investigasi sedang berlangsung, apakah RS Kartika Husada terdapat malpraktik atau tidak.
Investigasi juga melihat, apakah rumah sakit tersebut melakukan kelalaian atau tindakan dokter yang menangani pasien sudah sesuai prosedur. “Ini kan dilihat (investigasi kasus) yang dilakukan organisasi profesi dokter. Dilihat juga tindakan apa yang yang harus dilakukan,” jelas Syahril saat dihubungi melalui sambungan telepon. “Kami tidak bisa berandai-andai, bahwasanya ini kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan di sana juga ada Dinas Kesehatan Kota Bekasi, pihak rumah sakit untuk menyelidiki dugaan atau tuduhan dari pihak keluarga.”
Baca Juga: 9 Kasus Mala Praktik di Rumah Sakit Indonesia
Bentuk Tim Investigasi
Pembentukan tim investigasi berdasarkan Pasal 75 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tahun 2021 tentang Klasifikasi RS, Kewajiban RS, Akreditasi RS, Pembinaan, dan Pengawasan RS dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif. Dinkes Kota Bekasi diberikan kewenangan membentuk tim investigasi, mereka tidak bisa menjatuhkan sanksi, karen hal itu kewenangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan Pasal 65, PP Nomor 47 tahun 2021. “Kita tidak bisa melakukan itu (sanksi) yang berhak melakukan itu menurut Pasal 65, PP nomor 47 adalah Kemenkes,” lanjut Fikri.
Pemeriksaan Kasus Masih Berjalan
Kepala Dinas kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati menegaskan terkait dugaan malpraktik dari kasus bocah 7 tahun yang mati batang otak otak usai operasi amandel di RS Kartika Husada Jatiasih Bekasi. “Itu bukan kewenangan dan kapasitas daripada Dinkes, kalau untuk masalah penilaian ini kan masih berjalan sehingga kami belum bisa menyampaikan,” tegasnya. Namun, Tanti menghormati adanya proses penyelidikan yang dilakukan otoritas kepolisian. Terlebih, kuasa hukum keluarga korban telah melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya. “Karena masih berproses, apalagi sudah ada layangan surat dari lawyer pihak keluarga, bahwa sudah dilaporkan ke Polda, sehingga ini sudah ada diranah hukum,” sambungnya. Adapun hasil dari pemeriksaan pihak RS Kartika Husada, lanjut Tanti, masih dibahas untuk ditarik kesimpulan sebagai dasar pengambilan keputusan lanjutan. “Kami kan tugasnya melakukan pembinaan, pengawasan, jadi, setelah nanti ada kesimpulan yang sedang berproses,” katanya.
Tidak Dibebankan ke Kemenkes
Syahril menegaskan, kasus dugaan malpraktik ini, tidak semuanya dibebankan kepada Kemenkes. Masing-masing daerah mempunyai kewenangan sendiri untuk menyelesaikan sengketa medik. “Kasus ini kan semuanya tidak dibebankan ke Kemenkes, masing-masing daerah ada Dinas Kesehatan, MKDKI, jadi itu penyelesaian kasus sudah ada yang pegang. Ini namanya sengketa medik ya. Tidak langsung masuk ke ranah hukum atau pidana atau perdata,” tegasnya.
Tunggu Hasil Investigasi
Lebih lanjut, Mohammad Syahril mengatakan, Kemenkes sudah menerima laporan dugaan malpraktik terkait kasus bocah mati batang usai operasi amandel di RS Kartika Husada Jatiasih, Bekasi. Menurutnya, diharapkan publik bersabar menunggu hasil investigasi. “Kami sudah mendapat laporan bahwa sudah dilakukan langkah, baik dari rumah sakit, organisasi profesi, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kemudian konsultan anestesi dan Dinas Kesehatan untuk melihat fakta-fakta, kronologi di lapangan,” katanya. “Kita serahkan saja kepada pihak-pihak ini karena sudah ada mekanismenya. Jadi yang membuktikan malpraktik atau tidak, itu dari profesi yang disebut dengan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI).”
Penutupan Pelayanan Jika Terbukti Malpraktik
Dinas Kesehatan Kota Bekasi akan menutup pelayanan kesehatan RS Kartika Husada jika nantinya tim investigasi memberikan hasil adanya temuan malpraktik. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Bekasi Fikri Firdaus menyatakan, tim investigasi melibatkan beberapa unsur di antaranya Ikatan Dokter Indonesi (IDI), Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tim spesialis ahli THT, konsultan anestesi. “Kami telah memberikan laporan kepada Kementerian Kesehatan tentang adanya temuan tindakan operasi amandel yang berimbas pada matinya batang otak,”. “Jika tim investigasi memberikan hasil dan adanya temuan kesalahan, maka kami akan rekomendasikan penutupan pelayanan.”